Bicara tentang lingkungan tidak luput dari perilaku kita sebagai manusia yang hidup di dalamnya. Saat ini banyak isu-isu lingkungan yang mulai diangkat ke media mainstream karena kondisinya yang memprihatinkan dan siapa lagi kalau bukan kita sebagai manusia yang perlu bertanggung jawab atas akibat yang ditimbulkan. Saat ini sebagian masyarakat mulai sadar untuk menjalankan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan dengan mengutamakan prinsip keberlanjutan. Mulai dari menggunakan transportasi publik selain karena harganya yang lebih ekonomis namun juga dapat menekan emisi udara, lalu menggunakan bahan yang tidak sekali pakai, atau biasa disebut dengan reusable products untuk menekan jumlah sampah dan pencemaran lingkungan yang akan ditimbulkan. Salah satu upaya dalam memperbaiki kondisi lingkungan adalah dengan mengurangi sampah plastik.
Upaya tersebut dilakukan untuk mengurangi dampak kebiasaan menggunakan produk yang kurang ramah lingkungan seperti plastik atau styrofoam. Penggunaan produk yang bersifat sekali pakai seperti kantong atau sedotan plastik sangat berdampak terhadap lingkungan misalnya menyebabkan menumpuknya sampah yang kemudian mencemari lingkungan di sekitarnya dan bahkan mengancam kehidupan mahluk hidup. Dalam beberapa tahun terakhir kita mengetahui bahwa pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh plastik telah mengganggu ekosistem salah satunya di laut dan menyebabkan kematian organisme laut misalnya paus sperma yang November 2018 lalu ditemukan mati terdampar dengan 5,9 kilogram plastik di dalam perutnya dan paus sperma di Sardinia, Italia yang awal bulan April lalu juga ditemukan mati dengan 22 kilogram plastik di dalam tubuhnya.
Lebih jauh, organisasi nonprofit Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (2016) menjelaskan bahwa kantong plastik sudah tidak ramah lingkungan sejak dalam proses pembuatan yang menggunakan material minyak bumi dan menghasilkan emisi yang memicu perubahan iklim sehingga bumi semakin panas. Selain itu kantong plastik juga mencemari lingkungan karena dapat menyumbat saluran air, termakan oleh hewan seperti yang terjadi pada paus sperma dan sifat plastik yang lama terurai menyebabkan pencemaran lingkungan. Butuh waktu yang ratusan tahun untuk mengurai plastik, bahkan kantong plastik yang diklaim mudah terurai tetap membutuhkan waktu lama dan apabila terurai akan berubah menjadi mikroplastik yang kemudian akan mencemari lingkungan. Bagi manusia kantong plastik yang dibakar akan mencemari udara dan apabila kantong plastik digunakan sebagai wadah makanan, racun akan berpotensi berpindah ke makanan sehingga mengganggu kesehatan.
Namun saat ini kantong plastik sedang diupayakan untuk dikurangi intensitas penggunaannya melalui berbagai cara, mulai dari kebijakan pemerintah hingga perusahaan ritel yang menolak memberikan kantong plastik secara cuma-cuma dan pelaku usaha yang mulai berinovasi membuat “kantong plastik” yang tidak berasal dari plastik. Beberapa kabupaten dan kota telah memiliki kebijakan untuk tidak memperbolehkan penggunaan kantong plastik seperti Banjarmasin, Balikpapan dan Kabupaten Badung, Bali. Selain itu beberapa kota seperti Cimahi, Kota Malang, Kabupaten Sigi dan DKI Jakarta yang sudah memiliki aturan mengenai pembatasan penggunaan kantong plastik namun belum diimplementasikan. Beberapa supermarket di Jakarta mulai membebankan biaya kepada konsumen apabila tidak membawa kantong belanja atau menawarkan untuk menaruh belanjaan di dalam kardus bekas sebagai pengganti kantong plastik.
Beberapa gerai makanan bahkan menyediakan kantong yang berbahan dasar organik tumbuhan sebagai pengganti kantong plastik yang bentuknya sangat mirip dengan kantong plastik namun sangat mudah dihancurkan dan larut dalam air sehingga tidak akan berakhir mencemari lingkungan. Beberapa gerai makanan juga mulai menggunakan peralatan yang dapat digunakan kembali seperti botol kaca sebagai pengganti kemasan plastik yang selama ini digunakan. Penggunaan sedotan plastik sekali pakai psudah mulai dikurangi penggunaannya oleh beberapa gerai makanan misalnya McDonalds dan KFC, dua raksasa restoran cepat saji ini tidak lagi menyediakan sedotan plastik dengan ukuran reguler yang biasanya digunakan.
Walau masih menggunakan bahan-bahan yang tidak dapat dipakai ulang di beberapa kemasannya, langkah ini diharapkan dapat menekan sampah plastik sekaligus mengedukasi masyarakat mengenai bahaya dampak penggunaan plastik bagi lingkungan. Menggunakan sedotan plastik dapat ditekan dengan menggunakan sedotan yang dapat digunakan kembali. Sedotan yang dapat dipergunakan kembali saat ini berasal dari material yang beragam mulai dari kertas, kaca, bambu hingga stainless dan saat ini perilaku membawa peralatan makan yang dapat digunakan kembali menjadi tren dalam masyarakat.
Inovasi yang tengah berkembang saat ini adalah penggunaan kantong plastik yang tidak berasal dari plastik melainkan dari tanaman singkong. Avani Eco merupakan perusahaan yang berinovasi membuat kantong yang berbahan dasar singkong tersebut dan selain kantong yang terbuat dari singkong, perusahaan tersebut juga memproduksi sedotan dari sari pati jagung. Kantong dari tanaman singkong sangat ramah lingkungan karena dapat dihancurkan dalam air hangat bahkan dapat diminum. Sifat kantong dari singkong yang lebih ramah lingkungan ini tentu saja memberikan angin segar pada upaya pelestarian lingkungan, walau harga yang harus dibayarkan lebih mahal dibandingkan dengan kantong plastik biasa. Saat ini beberapa gerai makanan di Indonesia sudah mulai menggunakan kantong yang terbuat dari singkong tersebut bahkan beberapa negara seperti Australia, Amerika,Vietnam, Singapura dan Ghana.
Selain plastik, terdapat material lain yang juga menimbulkan permasalahan serius bagi lingkungan, yaitu batu bara. Mungkin di antara kita tidak banyak yang tahu bahwa listrik yang kita gunakan sehari-hari berasal batu bara. Batu bara yang merupakan energi fosil yang berasal dari tumbuhan yang telah melalui proses berjuta tahun lamanya dipergunakan sebagai bahan utama dalam pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Batu bara tengah hangat diperbincangkan karena menjelang pemilu 17 April 2019, Watchdoc sebuah channel film dokumenter di youtube merilis sebuah film tentang penggunaan batu bara di Indonesia dan implikasinya terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat di sekitarnya. Film yang berjudul “Sexy Killers” ini berdurasi 1.5 jam dan telah menembus 14 juta penonton dalam waktu 4 hari. Penggunaan batu bara memang menimbulkan pro dan kontra karena penggunaan batu bara lebih murah dibandingkan dengan bahan baku pembangkit listrik lainnya seperti minyak bumi, air dan sinar matahari. Namun di sisi lain, penggunaan batu bara yang murah menyebabkan kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar pertambangan dan PLTU yang tidak murah.
Menurut penelitian Kementrian Kesehatan pada tahun 2012, daerah pertambangan batubara mengancam kesehatan melalui debu, tumpahan bahan kimia, asap beracun, logam berat, radiasi, air dan udara yang tercemar yang mengakibatkan gangguan pernafasan hingga penyakit serius seperti kanker. Bahkan menurut Myllyvirta, aktivis Greenpeace Internasional dalam Mongabay (2014) batu bara menyebabkan kematian 60 ribu orang tiap tahun yang disebabkan oleh oleh polusi yang berakibat pada kanker paru, stroke dan penyakit pernafasan lain.
Selain itu penggunaan batu bara juga berbahaya apabila lahan tambang yang tidak lagi digunakan dibiarkan saja tanpa adanya upaya reklamasi atau pengurukan. Lahan bekas tambang hanya akan menjadi lubang-lubang yang berbahaya karena selain sisa kandungan zat kimia juga berbahaya bagi masyarakat sekitar yang meninggal akibat tenggelam di dalam lubang tambang. Hingga awal November 2018, tercatat 32 orang tewas akibat tenggelam dalam lubang bekas tambang dan yang lebih menyedihkan adalah, para pelaku usaha tambang yang membuka lahan tambang baik yang dilakukan secara legal maupun ilegal tidak bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.
Selain di situs penambangan, bahaya penggunaan batu bara juga dirasakan oleh masyarakat sekitar PLTU yang harus menghirup udara yang telah tercemar selain itu debu yang sisa hasil pembakaran yang beterbangan juga memiliki dampak buruk terhadap lingkungan apabila tidak diolah sesuai dengan prinsip keberlajutan yang kemudian akan mencemari tanah dan kelestarian lingkungan sekitar yang harus dipertaruhkan.
Sangat disayangkan apabila Indonesia masih bergantung pada sumber energi fosil dan tidak memaksimalkan potensi energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan serta ketersediaannya yang tidak akan habis apabila digunakan secara terus menerus. Indonesia merupakan negara besar yang memiliki potensi energi terbarukan yang amat besar. Contohnya sinar matahari yang terus menyinari kepuauan di Indonesia sepanjang tahun karena letak geografis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa.
Selain itu Indonesia yang terdiri atas negara kepulauan tentu memiliki potensi angin yang besar di pesisir maupun di pegunungan. Indonesia juga memiliki potensi panas bumi yang besar dan sudah mulai dimanfaatkan dengan baik sehingga Indonesia menduduki posisi ke-2 di dunia sebagai negara yang paling banyak memanfaatkan energi panas bumi. Meskipun menduduki posisi kedua, pemanfaatan panas bumi Indonesia baru mencapai 4.9%. begitu juga dengan potensi energi terbarukan lainnya seperti matahari yang pemanfaatannya hanya 0.04%, angin yang baru dimanfaatkan sebesar 0.01% dan bio energi yang telah dimanfaatkan sebesar 5.4%.
Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan bahan bakar fosil? Banyak hal sederhana yang dapat kita lakukan dalam mengatasi atau paling tidak mengurangi dampak lingkungan terhadap kerusakan yang telah terjadi. Misalnya dengan mengubah beberapa kebiasaan yang mungkin tidak kita sadari berdampak buruk terhadap lingkungan. Misalnya dengan menggunakan listrik secara boros sehingga banyak energi listrik yang terbuang secara percuma. Saat ini tenaga listrik di Indonesia mayoritas bersumber dari energi fosil yaitu batu bara masih mendominasi sekitar 48%, lalu disusul dengan gas dan uap yang sebesar 22%, diesel sebesar 11%, serta kombinasi gas dan mesin sebesar 8%.
Lalu 12% sisanya bersumber dari energi terbarukan yang berasal dari air, angin, sinar matahari, bio energi dan panas bumi. Lalu apabila kita tidak mulai untuk menggunakan energi secara bijak, akan banyak energi yang terbuang secara sia-sia padahal seperti yang kita ketahui sumber energi fosil misalnya, didapatkan dengan tidak mudah dan bahkan sampai mengancam kehidupan di sekitarnya.
Gaya hidup yang lebih berkelanjutan juga menjadi salah satu solusi dari permasalahan lingkungan yang kerap terjadi. Sustainable living atau dalam bahasa Indonesia kehidupan berkelanjutan merupakan sebuah gaya hidup yang berupaya untuk mengurangi penggunaan sumber daya dan meminimalisir pengerusakan lingkungan untuk generasi mendatang. Gaya hidup yang lebih sustainable dapat dilakukan dengan meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi dan beralih ke transportasi publik atau menggunakan kendaraan yang lebih ramah lingkungan seperti sepeda ataupun kendaraan bermotor yang menggunakan listrik sehingga emisi dapat ditekan. Penggunaan listrik secara bijak juga dapat dilakukan dengan mematikan listrik yang tidak digunakan seperti lampu apabila saat tidak ada orang di dalam ruangan, mencabut pengisi daya laptop atau handphone atau peralatan rumah lainnya apabila sedang tidak digunakan.
Selain selain itu mulailah untuk membeli produk yang meminimalisir kemasan sehingga kemudian tidak berakhir menjadi sampah. Di Tangerang Selatan terdapat sebuah supermarket yang bermana Saruga yang menyediakan produk sehari-hari tanpa menyertakan kemasan, sehingga kita dapat membeli produk kebutuhan sehari-hari menggunakan wadah yang telah kita miliki tanpa khawatir kemasan yang kita gunakan akan berakhir menjadi sampah dan mencemari lingkungan.
Pengetahuan mengenai lingkungan dan energi perlu untuk diketahui oleh segala kalangan karena dua hal ini sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Dengan mengetahui dari mana energi yang kita pergunakan diharapkan akan lebih banyak inovasi yang tumbuh sehingga penggunaan energi yang lebih bersih akan dapat meningkat dan bedampak positif bagi lingkungan. Saat ini banyak kalangan yang telah terjun ke dunia green jobs atau pekerjaan yang layak dan ramah lingkungan. Contoh pekerjaan yang ramah lingkungan menurut International Labor Organization (ILO) misalnya sebagai teknisi tenaga surya, pekerja restorasi tanah, petani organik dan di Indonesia terdapat pendaur limbah daur ulang yang teroganisir.
Selain contoh tersebut tentunya masih banyak bidang pekerjaan yang lebih ramah lingkungan dan anda bisa jadi salah satu di antaranya karena di masa mendatang dunia akan lebih berupaya untuk menciptakan kehidupan yang lebih lestari sehingga permintaan tenaga kerja yang mengutamakan prinsip lingkungan hidup akan lebih banyak dibutuhkan. Banyak sekali hal yang dapat kita lakukan untuk kelestarian lingkungan. Dan yang paling penting adalah untuk memulainya saat ini juga dan dimulai dari hal yang sederhana karena tindakan sekecil apapun akan mendatangkan dampak yang besar apabila dilakukan terus menerus dan bersama-sama. Lingkungan yang bersih dan sehat merupakan warisan yang paling berharga bagi anak cucu kita di masa depan.